Sabtu, 19 November 2011

Cermin Ajaib


Kenapa disebut ajaib? Umumnya orang bercermin ia pandang wajah dan tubuhnya yang memantul di cermin itu. Tetapi sebaliknya, ketika bercermin pada “Cermin Ajaib,” malah mereka merasa dipandang terus menerus. Siapa yang memandang? Siapa lagi kalau bukan Allah Ta’ala. Bila Allah swt, memandang hati hambaNya dengan pandangan fadhal dan rahmat, maka hijab kealpaan tersingkapkan, lalu Allah swt, menampakkan kelembutan-kelembutan QudratNya, maka dari itu posisi mereka berada dalam tiga situasi:
1.    Bisa menjadi sangat bijak dan menyambungkan manusia kepada Allah Ta’ala.
2.    Bisa malah kelu lisannya, hingga ia tersirnakan.
3.    Bisa ia malah tertututp dalam hijabNya, terjaga dalam GenggamanNya, hingga tidak melihat lainNya, karena kedahsyatan cemburuNya padanya.
Maha Suci Allah yang menghijab ahli ma’rifatNya dari semua makhlukNya, dimana mereka terhijab dari generasi dunia oleh tirai akhirat dan terhijabi dari generasi akhirat dengan tirai dunia.
Karena ahli ma’rifat itu adalah Temanten-temanten Ilahi di muka bumi dan Allah menirai mereka dari mereka kecuali hanya Dia, dan hati mereka tertutup oleh selain Allah Ta’ala.
Dalam ornament cermin itu tertulis sebuah kisah yang melingkar. Bahwa Allah Ta’ala memberi wahyu kepada Nabi Dawud as: “Wahai Dawud, Wali-wali-Ku berada dalam kubah-kubah dan tidak ada yang tahu kecuali wali-waliKu. Betapa beruntung bagi para wali-Ku dan betapa eloknya bagi para kekasih-Ku.”
Dikatakan, “Bila ditampakan sepercik cahaya Nabi as, maka antara Arasy dan bintang Tata surya akan terbakar hangus.

Jumat, 10 Juni 2011

Apa Itu Rasa Ruhani

Hai jiwa yang tenang (nafs al-muthmainnah). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. Al-Fath, 89 : 27-30) Rasa Ruhani (Rasa Spiritual) adalah sesuatu yang dirasakan oleh ruh melalui qalb yang bersifat ruhani. Rasa ini tumbuh dari dalam diri melalui kesadaran yang tertinggi untuk mengembalikan ruh pada asal keberadaannya yakni Tuhan. Melalui rasa ini, manusia diingatkan bahwa sesungguhnya ia adalah makhluk spiritual. Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah.

Melalui Rasa Ruhani, manusia mampu melihat semua ‘daerah gelap’ dalam dirinya sehingga dia mampu menenteramkan egonya dan menemukan kembali cahaya jiwa yang merupakan unsur Ilahi. Melalui perpaduan pengalaman yang menyucikan, dia membersihkan dan membuat kemilau cermin batinnya, sehingga makin bertambah cemerlang dan dapat memantulkan cahaya Ilahi yang diterimanya. Jika manusia dapat memantulkan cahaya itu, maka cahaya itu akan bermanfaat bagi orang lain. Manusia menjadi citra Ilahi, saksi hidup atas kebenaran. dan menjadi khalifah di muka bumi.

Rasa Ruhani terbagi tiga yakni tak terlatih, terlatih, dan transenden yang terlatih. Rasa Ruhani Tak Terlatih, mencakup pengalaman orang biasa yang tidak terlibat kegiatan keagamaan, tafakur, zikir atau yang lainnya. Umumnya diperoleh saat seseorang sedang mendapatkan ujian atau cobaan seperti sakit, kegagalan dan berbagai bentuk musibah lainnya. Semua peristiwa ini dapat membawa seseorang untuk mengakui kelemahan dirinya dan sekaligus mengakui kebesaran dankemahakuasaan Tuhan. Jika rasa ini muncul, maka Rasa Ruhani akan mengiringi kehadirannya.

Rasa Ruhani Yang Terlatih dilakukan dengan sadar melalui berbagai latihan tertentu yang terarah. Ia seringkali berfungsi dalam lingkungan khusus seperti dalam kehidupan zawiyah (padepokan sufi), dan memiliki sistem konsep tertentu. Dalam hal ini “The Miracle of Rasa Ruhani” adalah salah satu metode yang dilakukan untuk menumbuhkan Rasa Ruhani yang terlatih.

Rasa Spiritual Transenden Yang Terlatih, yaitu kondisi dimana seseorang mengingat (zikir) dan menghadapkan hatinya hanya kepada Allah secara terus-menerus (hudhur al-qalb). Kondisi ini membuatnya masuk ke dalam suasana ruhani yang semakin dalam sehingga dia dapat menerima wahyu atau ilham seperti yang terjadi pada diri nabi, rasul, dan wali. Kondisi seperti ini selain diperoleh dengan mujahadah, juga dikarenakan adanya anugerah (mawhibah) dari Allah.

Rasa Ruhani memiliki beberapa karakteristik. Pertama, cahaya yang kuat yang memenuhi alam pikiran yang tidak dapat diekspresikan. Kedua, ekstase, yakni rasa yang sangat menyenangkan, penuh kegembiraan, kemenangan dan keyakinan.Ketiga, intuitif, yakni penerangan intelektual akan kesadaran semua makna, alam raya. Keempat, cinta yang transendentaldan hangat. Kelima, semakin hilangnya penderitaan fisik yang diderita dan rasa takut akan kematian. Keenam, kesadaran bahwa benda-benda material bukan tujuan dan pentingnya spiritual. Ketujuh, peningkatan fisik dan mental, baik dari segi vitalitas maupun aktifitas, menghadirkan kecerdasan yang tersembunyi dan kreatifitas. Kedelapan, rasa akan misi (wahyu atau ilham) yang tak dapat dihindarkan. Dan kesembilan, sebuah sinar baru, yakni energi dengan inspirasi Tuhan, daya dorong magnet yang menarik dan mengilhami orang, yang merupakan transfigurasi diri.

Rasa Ruhani ini akan memunculkan Kesadaran Ruhani. Mereka yang berada pada kondisi ini, akan memiliki pandangan jauh ke depan dan bersifat ukhrawi. Bagi mereka, hidup adalah untuk Tuhan, bukan yang lain. Dalam implementasinya, mereka menjadi manusia produktif, inovatif, dedikatif, jujur dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Dalam hubungan sosial, mereka sangat dekat dengan orang-orang miskin dan membutuhkan bantuan, mudah berempati dan selalu rendah hati.

Dalam kesehariannya, mereka yang berada dalam Kesadaran Ruhani sangat yakin dan teguh dalam pendirian. Dengan keyakinan ini mereka hidup dalam kebahagiaan dan ketenteraman kapan dan dimana saja.

Senin, 18 April 2011

Kemaha Esaan Allah Dengan Dalil Naqli

Di samping dalil fifah(jiwa dan nurani manusia) serta akal,juga ad dalil sam'i yang tersebar di kalangan umat umat terdahulu dari kitab kitab Allah yang di wahyukan kepada para utussan-Nya dan di sampaikan kepada beberapa ummat di seluruh dunia.Para utussan meyeru kepada ummatnya untuk beriman dan mengEsa-kan Allah yang tiada sekutu bagi-Nya.Mereka menghapus segala sesembahan lain selain Allh dan mengajar Agama yang berdasarkan ilmu Ilahi.
Al-Qur'an sebabai dokumen ontentik terpelihara dan di gunakan sebagai petunjuk langit kepada penduduk bumi.Al-Qur-an menjelaskan tentang berita para utussan yang telah di utus dengan membawa aqida tauhid.
Allah berfirman
"Apakah mereka membuat tuhan-tuhan selain Allah ? katakanlah(hai Muhammad)! Tunjukkan hujjahmu(atau buktikan bila kamu benar).Al-Qur-an adalah peringatan bagi orang orang beriman dengan-Ku dan peringatan pula bagi orang sebelum Ku (yang mengikuti nabi-Ya)namun kebayakan mereka(orang orang kafir) tidak mengetaui yang hak,karena mereka berpaling(dan tidak beriman).Kami Allah)tidak mengutus seorang utusan sebelummu kecuali Kami wahyukan kepadanya bawa tiada tuhan selain Aku.Oleh karna itu sembahlah Aku."
(QS.Al-Anbiya 24-25 )

Jumat, 15 April 2011

Allah Yang Maha Esa Dengan Dalil Akal

Manusia dapat membuat dalil akalnya,bawa dibalik alam ini terhadap zuatu pencita.Alam yg sangat luas dg berbagai macam isinya',beberapa mahluk mulai dari yg kecil sampai besar,yg beryawa maupun tidak,yg berada di atas maupun di bawa telah di kuasai zuatu aturan yg berlaku kpd atom(guguzan bintang yg terbesar di angkasa). Bahkan seorang sarjana fisika ketika melihat atom,dia menemikan penciptaanya mirip dg tata surya,dn tiada berbedaan antara ke duaya. Di sana terdapat aturan umum seperti aturan setiap mahluk yg kita kenal berpasangan laki laki dn perempuan.maupun tumbu tumbuan,benda padat mempuyai unsur bentuk positip dn negatif. Penemuan ini pada hakikatnya membenarkan apa yg telah di jelaskan Al-Qur'an sejak empat belas abad yg lalu meyatakan sebagai berikut: '.Maha suci tuhan yg telah menciptakan sesuatu nerpasangan-pasangan baik yg di tumbukan di bumi dn dari muka maupun dari apa yg tdk mereka ketaui.''(Qs.Yasin : 36) Allah berfirma "Dan kami telah menciorakan segala sesuatu dg berpasangan2 supaya kamu mengingat kebesaran Allah.''(Qs.Adz-Dzariyat : 49) Maksud segala sesuatu dlm ayat tsb = hakikat bukan majaz atu di aertikan kebayakan. Bukti atas kesatuan aturan alam ini apa yg telah kita saksikan di antara sebagaiannya terdapat keserasian dn kecocokan,di mana masing2 twlah melakukan tugasnya dg teratur dn tdk berbenturan dg organ lainya atau menghalangi perjalanannya,masing2 saling membantu dg apa yg dimiliki juga mengambil keuntungan dari yg lain. Coba renung kan dg cara anda sendiri atas pengetauan anda yg anda yakini.

Selasa, 12 April 2011

Allah Maha Esa Dengan Dalil Fitah

Kemaha Esaan Allah dn kemanungalanya telah dibuktikan dg dalil fitah,akal atau pendengaran Bila Manusia memberikan fitahnya atau tabiatnya tampa dicampuri segala sesuatu atau mendapat pendisikan dari siapapun,maka dia menjumpai dirinya mengarah pd kekuatan yg maha tinggi melebihi kekuatan manusia atau alam.Dia akan berdoa kepadanya dg penuh semangat berharap kepada rahmatnya dn takut kepada siksaanya. Hal itu jelas di saat manusia mengalami berbagai penderitaan,di rundung bahagia kesedian dn ia tidak menginginkan bantuan manusia di sekitarnya.ia akan mengarahkan perhatiannya kepada Allah dg penuh ketulusan,meninggalkan dewa2 yg biasaya ia berdoa kepadanya dg dugaan yg keliru karna kebodoan yg sekedar mengikuti hawa nafsuya atau karena pengaruh lingkungan.Dewa2 yg di anggap tuhan palsu baik berupa manusia hewan tumbu2an atau benda2 laina. Inilah yg di syariatkan oleh Al-Qur'an dalam kisah penumpang kapal yg hampir tentelam ''Sehingga apa bila kamu berada di bahtera dn bahtera itu meluncur dg membawa penumpang2 yg berada di dalamya dg tiupan angin yg baik dn mereka bergembira ksrenqya,datanglah angin badai dn gelombang dari segalah penjru menimpa mereka,dan mereka yakin bawa merka terjepung(bahaya)maka(sa itu)mereka berdoa kepada Allah dg mengihlaskan ketakutan nya,lalu berkata:Sesunguhya bila Engkau meyelamatkan kami dri bahaya ini pastila kami termasuk oeng2 yg bersukur."(Qs..Yunus:22) Sungguh Al-Qur'an telah meyebut hal itu sebagai dalil yg yata atas wujud Allh.dan sebagai dalil atas kemaha esaan nya.Sesungguya manusia tela lepas dri faktor yg datang kepadanya ia akan kembali kepada firahnya(hati nuraninya) Tersera anda mengangapnya apa pikir sendiri.

Jumat, 08 April 2011

Jangan Pakai Jubah Illahi


"Allah mencegahmu untuk mengaku-aku hal-hal yang tidak layak bagi para makhluk. Apakah Allah membolehkan padamu untuk mengaku-aku sifatNya sedangkan Dia adalah Rabbul 'Alamin?"
  Syeikh Zarruq ra menegaskan: Tampilnya Sifat Allah padamu, dan penghiasan Sifat itu padamu bersamaNya adalah kesempurnaan yang layak bagimu, sehingga anda menjadi kaya bersama Allah,

mulia bersama Allah, kuasa bersama Allah, kuat bersama Allah swt, hingga anda menjadi "Bismillah" dengan Nama Allah dari dirimu berselaras dengan "Kun' dari Allah, sehingga anda tidak berkehendak sedikit pun melainkan terjadi. Anda tidak butuh pada sesuatu dan tidak terhina oleh sesuatu dan tidak karena sesuatu. Anda tidak lemah karena sesuatu dan tidak berdaya karena sesuatu, bahkan anda mampu atas segala sesuatu bersama Tuhanmu, merasa cukup dengan Allah jauh dari cukup terhadap segalanya, mulia bersama Allah swt, dalam segalanya, kuat bersama Allah di sisi segalanya, sehingga anda pun tidak punya peluang sedikit pun untuk mengaku-aku (mengklaim) semuanya itu.
  Justru semuanya itu untuk menguatkan diri anda agar kembali pada sifat asli anda, dan bangkit bersamaNya. Sifat anda itu adalah fakir, hina, tak berdaya dan lemah. Karena yang tampak pada diri anda hanyalah telanjang simbolis, dan yang simbolis itu secara hakiki tidak ada. Maka sesudah niscaya, anda harus terus menerus merasa hina dan butuh kepada Allah swt dalam segala upaya dan perilaku anda. Fahamilah semua itu.
  Dalam pencegahan Allah swt, di atas, ada sesuatu yang terjadi secara syar'y, secara harga diri, dan hikmah. Maka diharamkan bagi seseorang untuk mengklaim milik orang lain, karena itu secara harga diri dan jiwa, sangat tidak layak, sehingga menimbulkan kecemburuan luar biasa.

Rasulullah saw, bersabda:

"Tak ada yang lebih cemburu ketimbang Allah."

Kecemburuan itu dalam HakNya menimbulkan pencegahan, berupa hak atas sifatNya. Dalam hadits Qudsi disebutkan:

"Allah swt, berfirman: Kebesaran itu adalah pakaianKu dan Kesombongan itu adalah BajuKu, siapa yang melepas dariKu atas keduanya, maka Aku lempar ia ke neraka…"
  Karena dua sifat itu adalah Sifat khusus  bagi Allah Ta'ala. Jika ada yang memakainya, berarti seperti merampas pakaian orang lain
.

Sabtu, 02 April 2011

Allah Menampakan Anugrahnya


Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary
'Apabila Allah swt,  hendak menampakkan anugerah keutamaanNya padamu, maka Allah menciptakan amal bagimu, dan mengaitkan amal itu kepadamu."
Yakni, Allah menciptkan kemampuan
 untukmu untuk beramal dan beribadah dan memberikan pertolongan agar dirimu menuju kepadaNya, bahkan mengembalikan amaliyah itu kepadamu. Allah swt, menciptakan ta’at, dan mengaitkan taat itu kepada kita, memberi pahala kepada kita, padahal seseungguhnya itu tidak layak bagi kita.
Anugerah luar biasa, bagaimana sampai Allah swt, memberikan anugerah itu, seakan-akan itu amal baik dan taat kita, padahal itu semua ciptaan Allah Ta’ala pada kita, bukan ciptaan kita, bukan kreasi dan ikhtiar kita.
Di sinilah Ibnu Athaillah as-Sakandary mengingatkan:
“Tak habis-habisnya engkau mencaci dirimu, manakala semua itu dikembalikan padamu. Dan tidak habis-habisnya pujianmu manakala Allah swt, itu menampakkan kemurahanNya kepadamu.”
Sebab, diri kita, ditinjau dari eksistensi kita yang asli, tak lebih dari wujud kekurangan, wujud keragu-raguan, wujud kehinaan dan wujud kefakiran. Sedangkan jika dipandang dari segi anugerahNya keada kita, maka segalanya adalah wujud kebajikan dan keutamaan.
Begitu pula kelak di akhirat, manakala yang muncul adalah diri kita, maka kita berada dalam timbangan KeadilanNya, lalu menjadi wajar kalau KeadilanNya yang tampak, justru kita semua masuk neraka, apa pun amal dan ibadah yang kita lakukan. Karena dosa itu, sebesar apa pun sesungguhnya bukan menjadi penyebab seseorang masuk neraka. Manusia masuk neraka karena keadilanNya. Dan jika KeadilanNya yang tampil, maka seluruh kebaikan kita tak berarti, karena sesungguhnya bila ditimbang dengan KeadilanNya, amal perbuatan kita, ternyata bukan dari diri kita, bukan produksi dan ciptaan kita, namun ciptaan Allah swt, kehendakNya dan KuasaNya.
Sebaliknya bila yang dimunculkan adalah Anugerah dan RahmatNya, maka seluruh amal kita yang tampak adalah enugerah Ilahi semua, dan di sanalah tiket ke syurga, karena anugerah dan rahmatNya pastilah menyertai perjalanan kita menuju Allah swt. Segala apa pun yang disadari karena bersamaNya, anugerah dan rahmatNya, akan menjadi mudah. Dan sebaliknya apa pun mudahnya kalau kita hanya bersama diri kita, mengandalkan diri dan amal perbuatan kita, pastilah gagal dan mengamali kesulitan luar biasa