Kenapa disebut ajaib? Umumnya orang
bercermin ia pandang wajah dan tubuhnya yang memantul di cermin itu. Tetapi
sebaliknya, ketika bercermin pada “Cermin Ajaib,” malah mereka merasa dipandang
terus menerus. Siapa yang memandang? Siapa lagi kalau bukan Allah Ta’ala. Bila
Allah swt, memandang hati hambaNya dengan pandangan fadhal dan rahmat, maka
hijab kealpaan tersingkapkan, lalu Allah swt, menampakkan kelembutan-kelembutan
QudratNya, maka dari itu posisi mereka berada dalam tiga situasi:
1. Bisa
menjadi sangat bijak dan menyambungkan manusia kepada Allah Ta’ala.
2. Bisa
malah kelu lisannya, hingga ia tersirnakan.
3. Bisa
ia malah tertututp dalam hijabNya, terjaga dalam GenggamanNya, hingga tidak
melihat lainNya, karena kedahsyatan cemburuNya padanya.
Maha Suci Allah yang menghijab ahli
ma’rifatNya dari semua makhlukNya, dimana mereka terhijab dari generasi dunia oleh
tirai akhirat dan terhijabi dari generasi akhirat dengan tirai dunia.
Karena ahli ma’rifat itu adalah
Temanten-temanten Ilahi di muka bumi dan Allah menirai mereka dari mereka
kecuali hanya Dia, dan hati mereka tertutup oleh selain Allah Ta’ala.
Dalam ornament cermin
itu tertulis sebuah kisah yang melingkar. Bahwa Allah Ta’ala memberi wahyu
kepada Nabi Dawud as: “Wahai Dawud, Wali-wali-Ku berada dalam kubah-kubah dan
tidak ada yang tahu kecuali wali-waliKu. Betapa beruntung bagi para wali-Ku dan
betapa eloknya bagi para kekasih-Ku.”
Dikatakan, “Bila ditampakan sepercik cahaya Nabi as, maka antara Arasy dan bintang Tata surya akan terbakar hangus.
Dikatakan, “Bila ditampakan sepercik cahaya Nabi as, maka antara Arasy dan bintang Tata surya akan terbakar hangus.