Hai jiwa yang tenang (nafs al-muthmainnah). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.
(QS. Al-Fath, 89 : 27-30)
Rasa Ruhani (Rasa Spiritual) adalah sesuatu yang dirasakan oleh ruh melalui qalb yang bersifat ruhani. Rasa ini tumbuh dari dalam diri melalui kesadaran yang tertinggi untuk mengembalikan ruh pada asal keberadaannya yakni Tuhan. Melalui rasa ini, manusia diingatkan bahwa sesungguhnya ia adalah makhluk spiritual. Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah.
Melalui Rasa Ruhani, manusia mampu melihat semua ‘daerah gelap’ dalam dirinya sehingga dia mampu menenteramkan egonya dan menemukan kembali cahaya jiwa yang merupakan unsur Ilahi. Melalui perpaduan pengalaman yang menyucikan, dia membersihkan dan membuat kemilau cermin batinnya, sehingga makin bertambah cemerlang dan dapat memantulkan cahaya Ilahi yang diterimanya. Jika manusia dapat memantulkan cahaya itu, maka cahaya itu akan bermanfaat bagi orang lain. Manusia menjadi citra Ilahi, saksi hidup atas kebenaran. dan menjadi khalifah di muka bumi.
Rasa Ruhani terbagi tiga yakni tak terlatih, terlatih, dan transenden yang terlatih. Rasa Ruhani Tak Terlatih, mencakup pengalaman orang biasa yang tidak terlibat kegiatan keagamaan, tafakur, zikir atau yang lainnya. Umumnya diperoleh saat seseorang sedang mendapatkan ujian atau cobaan seperti sakit, kegagalan dan berbagai bentuk musibah lainnya. Semua peristiwa ini dapat membawa seseorang untuk mengakui kelemahan dirinya dan sekaligus mengakui kebesaran dankemahakuasaan Tuhan. Jika rasa ini muncul, maka Rasa Ruhani akan mengiringi kehadirannya.
Rasa Ruhani Yang Terlatih dilakukan dengan sadar melalui berbagai latihan tertentu yang terarah. Ia seringkali berfungsi dalam lingkungan khusus seperti dalam kehidupan zawiyah (padepokan sufi), dan memiliki sistem konsep tertentu. Dalam hal ini “The Miracle of Rasa Ruhani” adalah salah satu metode yang dilakukan untuk menumbuhkan Rasa Ruhani yang terlatih.
Rasa Spiritual Transenden Yang Terlatih, yaitu kondisi dimana seseorang mengingat (zikir) dan menghadapkan hatinya hanya kepada Allah secara terus-menerus (hudhur al-qalb). Kondisi ini membuatnya masuk ke dalam suasana ruhani yang semakin dalam sehingga dia dapat menerima wahyu atau ilham seperti yang terjadi pada diri nabi, rasul, dan wali. Kondisi seperti ini selain diperoleh dengan mujahadah, juga dikarenakan adanya anugerah (mawhibah) dari Allah.
Rasa Ruhani memiliki beberapa karakteristik. Pertama, cahaya yang kuat yang memenuhi alam pikiran yang tidak dapat diekspresikan. Kedua, ekstase, yakni rasa yang sangat menyenangkan, penuh kegembiraan, kemenangan dan keyakinan.Ketiga, intuitif, yakni penerangan intelektual akan kesadaran semua makna, alam raya. Keempat, cinta yang transendentaldan hangat. Kelima, semakin hilangnya penderitaan fisik yang diderita dan rasa takut akan kematian. Keenam, kesadaran bahwa benda-benda material bukan tujuan dan pentingnya spiritual. Ketujuh, peningkatan fisik dan mental, baik dari segi vitalitas maupun aktifitas, menghadirkan kecerdasan yang tersembunyi dan kreatifitas. Kedelapan, rasa akan misi (wahyu atau ilham) yang tak dapat dihindarkan. Dan kesembilan, sebuah sinar baru, yakni energi dengan inspirasi Tuhan, daya dorong magnet yang menarik dan mengilhami orang, yang merupakan transfigurasi diri.
Rasa Ruhani ini akan memunculkan Kesadaran Ruhani. Mereka yang berada pada kondisi ini, akan memiliki pandangan jauh ke depan dan bersifat ukhrawi. Bagi mereka, hidup adalah untuk Tuhan, bukan yang lain. Dalam implementasinya, mereka menjadi manusia produktif, inovatif, dedikatif, jujur dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Dalam hubungan sosial, mereka sangat dekat dengan orang-orang miskin dan membutuhkan bantuan, mudah berempati dan selalu rendah hati.
Dalam kesehariannya, mereka yang berada dalam Kesadaran Ruhani sangat yakin dan teguh dalam pendirian. Dengan keyakinan ini mereka hidup dalam kebahagiaan dan ketenteraman kapan dan dimana saja.